Pembentukan Karakter Anak Era Disrupsi

Tentu banyak sekali pandangan dan pendapat para ahli pendidikan tentang apa itu pendidikan karakter, namun secara umum pandangan tersebut mengungkapkan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya sadar dan terencana untuk membentuk watak atau kepribadian individu yang berakar pada nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Untuk nilai-nilai yang melekat di Indonesia, setidaknya ada tiga hal, yaitu:
  1. Agama; hal ini karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki dasar negara dengan sila pertama adalah “The 18 M. Nipan Abdul Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga (Jakarta: Mitra Pustaka, 2003), hal. 25.
  2. Pancasila; Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara yang disebut Pancasila.Pancasila adalah nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang sangat jelas dan rinci dalam UUD 1945.
  3. Budaya; sebagai rasa dan karsa yang mengandung kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup dalam masyarakat yang tidak berdasarkan nilai-nilai budaya yang diakui dalam masyarakat tersebut. Nilai-nilai budaya tersebut dijadikan dasar untuk memberi makna pada berbagai konsep dalam komunikasi antar anggota masyarakat secara harmonis dan harmonis.

Berdasarkan sumber nilai yang teridentifikasi delapan belas nilai karakter, kedelapan belas nilai karakter tersebut adalah: 20 Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial, peduli lingkungan, tanggung jawab.

Semua nilai tersebut diharapkan menjadi karakter yang melekat pada setiap masyarakat, oleh karena itu penanaman nilai-nilai karakter tersebut harus dengan metode yang baik dan tepat. Sebagai sebuah konsep, penanaman nilai-nilai karakter tersebut harus berpusat pada Tri Pusat Pendidikan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Mulai dari lingkungan keluarga, kemudian sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, serta lingkungan yang benar-benar mendukung. 

Ketiga pusat pendidikan ini tentunya harus sejalan. Khususnya sekolah sebagai lembaga resmi harus dapat bekerja sama dengan orang tua dan lingkungan untuk mewujudkan implementasi nilai-nilai karakter tersebut. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menanamkan nilai-nilai karakter, adapun caranya adalah:
  • Metode pembiasaan. Cara ini digunakan dalam membina sikap, cara ini akan berhasil efektif pada anak jika anak selalu diarahkan pada pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua, lingkungan sekolah dan lingkungan bermain terhadap anaknya, dengan sendirinya akan membentuk karakter anak dengan gambaran karakter yang telah diuraikan di atas.
  • Metode Teladan. Seorang pendidik yang baik memiliki cara untuk memberikan keteladanan secara terus menerus, baik dalam tingkah laku, cara berpikir dan berperilaku baik di depan anak, siswa dan lingkungan. Dengan konsep ini anak akan menjadi teladan dan keteladanan, karena sifat dasar anak adalah meniru, maka hal-hal baik yang diperlihatkan akan menjadi acuan bagi anak untuk bersikap, bersikap dan berbicara.
  • Metode Saran. Pada prinsipnya orang tua dan pendidik adalah sosok yang harus selalu menasehati anak dan tentunya siswa jika disekolah. Dalam keluarga, orang tua harus mampu mentransformasikan nilai-nilai karakter tersebut dalam nasehat yang baik. Nasehat adalah cara menyampaikan segala sesuatu dengan lembut dan menyentuh yang mudah diterima oleh hati.
  • Metode Hukuman dan Penghargaan. Setiap orang adalah pribadi yang membutuhkan apresiasi dari setiap ide, gagasan, dan tindakan yang dilakukan, oleh karena itu setiap anak yang melaksanakan kewajibannya dengan baik, orang tua atau guru di sekolah harus memberikan penghargaan berupa hadiah sebagai motivasi untuk mengerjakan kewajibannya. . Juga, orang tua dan guru harus menerapkan hukuman yang mendidik dan tidak menyakitkan jika anak tidak patuh dan meninggalkan kewajibannya. Namun sebelum itu semua, nasehat yang baik akan membuat anak lebih mudah menerima segala aturan dan norma yang ingin mereka tanamkan pada anak.
  • Metode Perintah dan Larangan. Pada prinsipnya perintah digunakan agar anak selalu merasa diperhatikan untuk selalu menjalankan kewajibannya, baik itu beribadah, belajar maupun bermain. Al-Qur'an menjelaskan bahwa memerintahkan untuk melakukan kebaikan dan melarang melakukan kejahatan adalah kewajiban setiap Muslim. Pendidik juga bertugas menginstruksikan peserta didik untuk menjalankan kebijakan dan larangan melakukan kejahatan

2. Pendidikan di Era Disrupsi

Perubahan adalah suatu keharusan, beberapa berlangsung lama dan bertahap, dan beberapa perubahan terjadi begitu cepat. Dan saat ini dunia sedang mengalami perubahan besar-besaran dalam segala aspek kehidupan yang pada akhirnya mempengaruhi setiap sendi dalam masyarakat. Perubahan tersebut dikenal sebagai era disrupsi atau era disrupsi, dengan berbagai tanda yang menyertainya. Munculnya berbagai gangguan, terjadinya banyak perubahan di masyarakat, termasuk perubahan perilaku yang terjadi pada anak dalam kehidupan sehari-harinya.21 Dalam menghadapi era disrupsi ini, semua pihak harus mawas diri terutama orang tua yang menjadi lingkungan pertama yang dikenal anak. yang juga merupakan lingkungan terdekat dengan anak. Maka sudah seharusnya, segala hal yang berkaitan dengan pengasuhan dan pendidikan anak harus diatur dengan matang dan terencana.

Begitu juga dalam penanaman nilai agama dan nilai karakter pada anak tentunya tidak bisa dilakukan tanpa kesadaran akan fenomena yang mengiringi era disrupsi. Hal-hal yang berkaitan dengan segala dampak era disrupsi dalam lingkungan keluarga perlu diidentifikasi dan dicegah dari segala kemungkinan yang bisa saja terjadi. Sebab, lahirnya era disrupsi ini tentunya juga menggeser banyak hal, terutama pergeseran nilai-nilai dalam keluarga, antara lain:
  • Adanya gadget menggantikan permainan tradisional, padahal permainan tradisional juga bermanfaat untuk menanamkan kejujuran, sportivitas, ketekunan. , dan kerjasama;
  • Lahirnya gaya hidup yang instan dan konsumtif, padahal seharusnya orang tua memberikan contoh kepada anak tentang kehidupan yang dapat diproses dan tidak instan;
  • Kesibukan orang tua yang terlalu banyak di luar rumah sehingga lebih banyak anak dengan pengasuh yang pada akhirnya membuat kurangnya keterlibatan orang tua dalam pembelajaran di sekolah dan membentuk orang tua yang kurang tanggap terhadap pendidikan dan pengasuhan anak;
  • Kurangnya kebersamaan di rumah karena anak sejak kecil telah terhanyut dengan privasi yang diciptakan oleh orang tua sejak kecil. Dimana seharusnya rumah menjadi tempat berbagi dan belajar bekerja sama agar keakraban dan saling pengertian antar anggota keluarga tertanam.

3. Strategi Investasi Berharga pada Anak di Era Disrupsi

Berbagai permasalahan dan kondisi telah dijelaskan di atas, lalu bagaimana cara orang tua dan sekolah menyikapi era disrupsi ini dengan bijak dan tepat? Jawabannya tentu bagaimana orang tua bisa dan bisa menanamkan pendidikan karakter sejak dini. Oleh karena itu, orang tua dan sekolah atau lembaga Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) harus memiliki strategi dalam menanamkan nilai-nilai tersebut, agar perubahan zaman yang begitu cepat tidak merusak perkembangan mental dan kepribadian anak. Berikut hal-hal yang harus dipusatkan oleh orang tua pendidik utama dalam lingkungan keluarga:

A. Pahami kembali Tanggung Jawab Orang Tua

Orang tua sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak dalam keluarga memiliki tanggung jawab yang sangat berat. Tanggung jawab ini dimulai ketika suami istri berencana untuk memiliki anak, kemudian dalam proses kelahiran sampai genap usia emas anak, dan berlanjut sampai anak mencapai pubertas atau sampai ia menjadi mukallaf (dibebani kewajiban).Tanggung jawab tersebut dengan tujuan agar anak memiliki karakter positif dalam dirinya sehingga dapat menjadi bagian dari masyarakat yang beradab. Dalam ajaran Islam, Al-Qur'an membahas hal ini dalam berbagai ayat, termasuk dalam surat Thaha (20:132) yang artinya "Dan perintahkan keluargamu untuk shalat dan bersabar dalam mengerjakannya...". Kemudian ada juga dalam surat at-Tahrim (66:6) yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” serta dalam hadits Nabi Muhammad:
(1) “Seseorang yang mendidik anaknya lebih baik daripada bersedekah dengan satu sya’”,
(2) “Tidak ada pemberian dari orang tua kepada anak yang lebih baik dari akhlak yang baik.”
(3) “Didiklah anak-anakmu pada tiga hal; cintai Nabimu, cintai ahli ayatnya dan bacalah Al Qur'an.” (HR. Ath-Thabrani).

Konsep yang dijelaskan dalam Al-Qur'an dan Hadist merupakan perintah dan anjuran bagi orang tua untuk selalu memberikan pendidik kepada anak dan hal ini mengandung makna pentingnya mendidik dan mengasuh anak dalam keluarga dengan nilai-nilai yang telah ditegaskan oleh Al-Qur'an. dan sunnah Rasulullah yang kesemuanya tergambar jelas dalam 18 nilai karakter yang telah diuraikan.

Pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua juga harus dilakukan dengan sepenuh hati terutama dalam urusan ibadah dan membentuk akhlak anak agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Termasuk ketika orang tua memilih lingkungan dan pendidik yang dapat mengajar dan memberikan arahan yang baik agar anak memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik

B. Komitmen Pendidikan yang Baik dari Orang Tua

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa orang tua adalah pendidik utama dan pertama dalam keluarga. Kedekatan antara orang tua dan anak tentunya berpengaruh besar terhadap penanaman nilai-nilai yang nantinya akan dipegang oleh anak. jika ketika seorang anak tidak memiliki kedekatan yang berarti dengan orang tuanya, tentunya pengenalan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga akan lebih sulit untuk diwariskan.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Shenyang China, memberikan gambaran tentang perilaku remaja yang melakukan tindakan kriminal termasuk pembunuhan. Fakta ditemukan bahwa selama masa kanak-kanak mereka, ada kesamaan pola asuh yang cenderung sama. Orang tua sering berkata kasar, tidak menghargai anaknya, mengumpat dengan kata-kata yang tidak pantas yang pada akhirnya membuat anak merasa tidak diinginkan.

Cara pengasuhan ini tercatat pada anak-anak dari masa kanak-kanak hingga remaja dan dewasa, melahirkan remaja yang memberontak dan bermasalah, yang akhirnya berakhir di penjara remaja karena kejahatannya.

Merujuk kepada Rasulullah, bahwa, “Orang yang paling sempurna akhlak dan perilakunya adalah yang paling baik kepada keluarga dan istrinya.” Pada suatu kesempatan, Nabi bersabda kepada para sahabatnya, “Hormatilah anak-anakmu dan didiklah mereka. Allah SWT memberikan rahmat kepada seseorang yang membantu anaknya agar anaknya dapat beribadah kepadanya.” Kemudian seorang sahabat bertanya “Ya Rasulullah bagaimana saya dapat membantu anak saya agar dia dapat beribadah kepada saya?” Nabi kemudian menjawab, “Menerima usahanya walaupun itu kecil, memaafkan kesalahannya, tidak membebaninya dengan beban berat, atau mengutuknya dengan kutukan yang menyakitinya." (HR.Ahmad).

Dalam pendidikan agama Islam, kita juga mengetahui sejarah Lukmanul Hakim dalam mendidik anak-anaknya, dan itu diabadikan dalam Al Qur'an Luqman ayat 19, di mana Luqmanul Hakim juga menghendaki agar anaknya tidak meninggikan suaranya ketika berbicara kepada orang lain: suaramu, sebenarnya suara yang paling buruk adalah suara keledai”. Inilah alasan pentingnya menanamkan komitmen orang tua dengan kasih sayang dan perilaku mulia dari orang tua.

C. Selalu meneladani Rasulullah

Rasulullah SAW adalah makhluk paling mulia yang digambarkan dalam sejarah Islam. Ia adalah utusan Tuhan yang memiliki kesempurnaan akhlak sebagai manusia. Karakter beliau menjadi panutan bagi masyarakatnya, hal ini tergambar jelas dalam sejarah hidupnya dari kecil, remaja, hingga dewasa. Dalam banyak literatur diceritakan bahwa Rasullullah tidak pernah mengalami perlakuan kasar dari lingkungan terdekatnya atau pengalaman buruk yang menyebabkan trauma dan depresi di masa kecilnya.

Rasulullah pernah mengalami kesedihan yang membuatnya menangis, namun tangisannya digambarkan sebagai tangisan karena rasa sayang dan cinta yang mendalam kepada ibu dan kakeknya yang telah meninggal untuk membentuk kelembutan di hatinya. Kesedihan berbeda dengan kesedihan karena ketakutan, kemarahan, atau kekecewaan yang dapat menyebabkan kekerasan hati.

Sebagai seorang ayah dan kakek, Rasulullah adalah ayah dan kakek yang penuh kasih. Ia adalah orang yang lembut namun tidak menghilangkan ketegasan dalam setiap tindakan yang dilakukannya. Beberapa sifat Rasul yang perlu diteladani pada anak-anak adalah sifat Kejujuran yang mengakibatkan dia mendapat julukan Al-Amin, dia juga memiliki kelembutan dan pemaafan yang ditunjukkan melalui perilaku yang baik dan pemaafan kepada para pembencinya saat berdakwah. . Tidak hanya itu, ia juga memiliki sifat sabar dan tidak mudah marah, serta rasa cinta dan pengabdian kepada orang tua seperti yang ia tunjukkan kepada pamannya yang selalu diperlakukan dengan hormat dari Rasulullah.

D. Bijaksana memilih sekolah yang akan dimasuki anak 

Seleksi sekolah merupakan tugas yang tak kalah pentingnya bagi orang tua terhadap anaknya, untuk mendapatkan pendidikan yang dapat menjawab tantangan era disrupsi. Sekolah yang baik adalah sekolah yang memiliki konsep nilai agama dan moral yang terkonsep dengan baik.

E. Berhentilah Menjadi Orang Tua yang Harus Tahu Segalanya 

Memiliki ilmu dan wawasan yang luar biasa tentunya menjadi modal yang baik untuk menjadi orang tua, namun menjadi orang tua tidak serta merta harus tahu segalanya sehingga bisa menjawab semua permasalahan dan pertanyaan anak. Orang tua hanya perlu mengetahui cara yang tepat, baik saat menyampaikan segala sesuatu yang ditanyakan anak atau menangguhkan jawaban atas semua pertanyaan anak dengan penuh tanggung jawab. 

Cara yang baik dimulai dari keterbukaan orang tua kepada anak, karena tugas orang tua adalah mendampingi anak, menjadi pendengar yang baik atas kebutuhannya dan menjadi tempat terbaik bagi anak untuk menemukan segala solusi atas permasalahannya sehingga anak tidak mencari-cari segala sesuatu yang ingin mereka ketahui di luar rumah yang pada akhirnya menjerumuskan anak ke pergaulan yang salah dan tidak bertanggung jawab. 

Kolaborasi Orang Tua dan Sekolah dalam Membentuk Karakter Islami Melalui Penguatan Tri Pusat Pendidikan Karakter merupakan kualitas atau kekuatan mental atau moral dari setiap individu yang juga merupakan motivator dan penggerak. Disadari atau tidak, Indonesia merupakan negara yang memiliki ciri dan karakter yang khas, mulai dari budaya, agama, sikap ramah, santun, aman dan nyaman. Untuk menjaga karakter yang melekat tentunya kita harus mulai dari lingkungan terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga, kemudian dipelajari secara konseptual dalam sistem pendidikan yang ada dan selalu menjaga karakter tersebut dalam perilaku sehari-hari ditengah masyarakat.

Dan untuk menjaga hal tersebut salah satunya dimulai dari pendidikan, baik dari jenjang pendidikan terendah yaitu PAUD hingga perguruan tinggi. Di era disrupsi ini, internalisasi nilai-nilai karakter menjadi sebuah keniscayaan, karena nilai-nilai karakter akan menjadi motor penggerak dan pada akhirnya memberikan diferensiasi dengan individu lain. Indonesia sebagai negara yang memiliki ciri-ciri seperti diuraikan di atas, memiliki tugas terberat untuk mempertahankan dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk itu, keberadaan pendidikan Islam bagi anak usia dini merupakan bagian dari menjawab tantangan dalam menjaga karakter tersebut. Dan dalam artikel ini,

Tri Pusat Pendidikan merupakan upaya menciptakan lingkungan yang mendukung suatu proses pendidikan. Pendidikan karakter yang baik diawali dengan keteladanan akhlak mulia dengan memberikan uswah al hashanah, kemudian dilanjutkan dengan pengembangan nalar dan keterampilan yang menunjang masa depan anak. Dan untuk itulah lingkungan sangat berpengaruh dalam perkembangan kepribadian, dan lingkungan tersebut dikenal dengan istilah Tripusat Pendidikan.

Terminologi Tri Pusat Pendidikan pertama kali dicetuskan oleh bapak pendidikan Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara. Di mana ia membedakan pendidikan menjadi tiga, tiga pendidikan ini disebut Tri Pusat Pendidikan yang meliputi pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah, dan pendidikan di masyarakat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Kekayaan Budaya Karimun Jawa: Paket Wisata Sejarah dan Kebudayaan

Keringanan Pajak Federal

Mimbar Minimalis Stainless: Desain Simpel yang Mewah untuk Panggung Berkelas